Stunting—kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan—adalah masalah kesehatan nasional yang menjadi fokus utama pemerintah Indonesia. Ikatan Dokter Indonesia (IDI), sebagai organisasi profesi sentral, memiliki peran fundamental dalam menggerakkan anggotanya untuk berada di garis depan penanggulangan stunting. Peran dokter tidak hanya terbatas pada aspek pengobatan, tetapi meluas hingga edukasi dan koordinasi di tingkat komunitas.
🤰 Fokus pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan
IDI menggarisbawahi bahwa penanggulangan stunting harus dimulai sejak masa konsepsi. Oleh karena itu, dokter, khususnya dokter umum dan dokter spesialis kandungan dan anak, didorong untuk mengintensifkan intervensi gizi pada dua kelompok kunci:
- Ibu Hamil: Dokter berperan dalam skrining dan penatalaksanaan anemia pada ibu hamil, memberikan edukasi gizi seimbang, dan memastikan asupan zat besi serta asam folat yang cukup. Konsultasi rutin kehamilan menjadi momen emas untuk memantau status gizi calon ibu.
- Balita (0–23 Bulan): Dokter menjadi penyuluh utama mengenai pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan pertama. Selain itu, mereka membimbing orang tua dalam praktik Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat gizi dan porsi.
🔬 Peran Dokter di Layanan Primer
Dalam struktur pelayanan kesehatan, peran dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), seperti Puskesmas, menjadi sangat strategis. IDI berupaya meningkatkan kompetensi anggotanya dalam:
- Deteksi Dini dan Pemantauan: Dokter harus mahir melakukan pengukuran antropometri yang akurat (berat dan panjang/tinggi badan) dan menginterpretasikan grafik tumbuh kembang anak untuk mengidentifikasi stunting sedini mungkin.
- Tatalaksana Kasus: Dokter bertanggung jawab memberikan intervensi medis dan gizi yang terstandar pada anak yang sudah terdiagnosis stunting, termasuk pemberian makanan tambahan dan vitamin esensial.
- Edukasi Gizi Komunitas: Dokter didorong untuk keluar dari ruang praktik dan berkolaborasi dengan kader Posyandu, memberikan penyuluhan berbasis bukti kepada masyarakat mengenai sanitasi, higiene, dan praktik pemberian makan yang benar.
🤝 IDI sebagai Pengawal Koordinasi Multisektor
IDI tidak hanya fokus pada peran klinis dokter, tetapi juga pada advokasi kebijakan dan koordinasi multisektor. Stunting adalah masalah yang dipengaruhi banyak faktor (sanitasi, ekonomi, pendidikan), sehingga penanganannya membutuhkan sinergi antar-lembaga. IDI memastikan bahwa suara dan data medis dari para dokter di lapangan menjadi dasar bagi pengambilan keputusan pemerintah daerah dalam program pencegahan stunting.
Dengan komitmen IDI untuk terus memperkuat kompetensi dokter dan mendorong praktik kedokteran yang berorientasi pada pencegahan dan komunitas, profesi dokter Indonesia menjadi salah satu penentu keberhasilan upaya nasional untuk mencetak generasi yang lebih sehat dan bebas dari stunting.

No responses yet